KesultananBanten merupakan sebuah kerajaan Islam yang pernah berdiri di Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan. ViewSejarah Kerajaan KESULTANAN ACCOUNTING 12345 at Trisakti University. Sejarah Kerajaan Banten Sekitar awal abad ke-16 Kerajaan Pajajaran yang beragama Hindu mempunyai Sejaksaat itulah nama “Sunda Kelapa” diubah namanya menjadi “Jayakarta” atau “Jakarta” yang artinya kota kemenangan. Maka tanggal 22 Juni oleh pemerintah Indonesia ditetapkan sebagai hari jadi kota Jakarta. Dibawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1682) Kerajaan Banten mengalami masa kejayaan. Bangunan Masjid ini Vay Tiền Nhanh. Ilustrasi Kerajaan Banten. Foto keyakinan penduduk Pulau Jawa adalah Islam. Hal itu tak lepas dari sejarah penyebaran agama Islam yang telah terjadi sejak zaman kerajaan. Salah satu kerajaan Islam terbesar yang pernah berdiri di Pulau Jawa adalah Kerajaan Banten atau Kesultanan Banten berdiri di Tatar Pasundan, Provisi Banten. Kerajaan Banten muncul sekitar tahun 1526, ketika Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya ke pesisir barat Pulau lebih memahami sejarah Kerajaan Banten, berikut ulasan lengkapnya dikutip dari buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA SMK/MAK Kelas X oleh Amurwani Dwi L. dkk 2014.Awal BerdiriPada awalnya Kerajaan Banten merupakan wilayah perluasan Kerajaan Demak. Saat itu, Kerajaan Demak memperluas pengaruhnya dengan menaklukan beberapa kawasan pelabuhan di Pulau Jawa dan menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan Hasanuddin atau lebih dikenal dengan Fatahillah yang berperan besar dalam penaklukan tersebut mendirikan benteng pertahanan yang dinamakan Surosowan. Tempat ini kemudian menjadi pusat pemerintahan Kerajaan dengan kemunduran Kerajaan Demak, Banten melepaskan diri dan menjadi kerajaan yang mandiri. Pada tahun 1570, Fatahillah wafat dengan meninggalkan dua anak laki-lakinya, yaitu Pangeran Yusuf dan Pangeran Arya. Pangeran Yusuf kemudian menggantikan posisi Fatahillah, sementara Pangeran Arya berkuasa di Kejayaan Kerajaan BantenMasjid Agung Banten, peninggalan Kerajaan Banten. Foto JavaTravelSetelah berganti pemimpin, Kerajaan Banten akhirnya mencapai puncak kejayaannya saat dipimpin Sultan Abdufattah. Pemimpin yang lebih dikenal dengan nama Sultan Ageng Tirtayasa tersebut memerintah pada tahun masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten terus mengalami kemajuan. Letak Banten yang strategis membuat perkembangan dan kemajuan ekonomi di wilayah itu semakin cepat. Hasilnya, kehidupan masyarakat pun mengalami bidang politik, pemerintah kerajaan ini juga semakin kuat. Perluasan wilayah kekuasaan terus dilakukan meskipun ada sebagian masyarakat yang tidak mau memeluk agama Islam. Kelompok yang disebut dengan masyarakat Badui itu masih tetap ingin mempertahankan agama dan adat istiadat nenek bidang kebudayaan, Kerajaan Banten juga mengalami perkembangan, terutama seni bangunannya. Ada beberapa bangunan yang masih tersisa hingga saat ini seperti Masjid Agung Banten, bangunan Keraton, dan gapura-gapura,Kemunduran Kerajaan BantenMasa kemunduran Kerjaan Banten dipicu oleh konflik yang timbul di dalam istana. Saat itu, Sultan Ageng Tirtayasa berusaha menentang VOC, tetapi kurang disetujui oleh Sultan Haji sebagai raja tersebut dimanfaatkan oleh VOC dengan melakukan politik adu domba devide et impera. Mereka membantu Sultan Haji untuk mengakhiri kekuasaan Suktan Ageng berakhirnya masa kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa malah membuat kekuasaan VOC di Banten kian menguat. Seiring berjalannya waktu, pada akhirnya situasi tersebut membawa Kerajaan Banten pada kemunduran. Jakarta - Kerajaan Banten meliputi wilayah sebelah barat Pantai Jawa sampai Lampung. Kerajaan ini didirikan oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung terbentuknya Kerajaan Banten seperti dikutip dari Buku Intisari SKI Sejarah Kebudayaan Islam oleh Siti Wahidoh, yakni Syarif Hidayatullah mengusai bagian barat Pantai Utara Jawa pada tahun 1526. Hal ini untuk menundukkan Kerajaan Pajajaran. Daerah Kerajaan Banten menjadi batu loncatan untuk menguasai Pajajaran dari barat ke Banten dijadikan basis penyerangan Kerajaan Demak dan Cirebon untuk menguasai Kerajaan Pajajaran dan Pelabuhan Sunda Kelapa. Penyerangan ke Kerajaan Pajajaran dilakukan karena penolakan Kerajaan Pajajaran atas penyebaran agama Islam dan menolak mengakui Kerajaan Demak atas Pajajaran. Meskipun Pelabuhan Sunda Kelapa dikuasai pada tahun 1527 M, namun Kerajaan Banten masih tetap menjadi daerah kekuasaan Kerajaan Demak. Ketika Sultan Hadiwijaya berkuasa di Demak, Kerajaan Banten menjadi kesultanan yang merdeka dari Kerajaan Demak. Raja pertamanya yakni putra Syarif Hidayatullah, Maulana masa pemerintahan Maulana Hasanuddin, penyiaran agama Islam dan hubungan perdagangan berkembang luas. Penguasaan Kerajaan Banten atas Lampung dan Selat Sunda sangat penting bagi kegiatan perdagangan Hasanuddin juga menjalin persahabatan dengan Kerajaan Indrapura di Sumatera. Hubungan diplomatik ini diperkuat melalui pernikahan politik antara Maulana Hasanuddin dengan putri Raja Kerajaan Banten selanjutnya adalah Maulana Yusuf. Dia memimpin Kerajaan Banten dari tahun 1570-1580 M. Setelah Maulana Yusuf wafat pada tahun 1580, tahta Kerajaan Banten dipegang oleh Maulana Muhammad, putranya yang berusia 9 Maulana Muhammad masih sangat muda, pemerintahan dijalankan oleh sebuah badan perwalian yang terdiri dari Kali Jaksa Agung dan 4 menteri. Badan ini berkuasa hingga Maulana Muhammad cukup umur untuk tahun 1596, Maulana Muhammad memimpin serangan serangan terhadap Kerajaan Palembang. Penyerangan bertujuan untuk melancarkan jalur perdagangan hasil bumi dan rempah-rempah dari Sumatera. Penyerangan tidak berhasil dan Maulana Muhammad Maulana Muhammad menyebabkan kosongnya takhta Kerajaan Banten. Karena Putra Maulana Muhammad, Abu Mufakhir masih berusia 5 bulan, pemerintahan dijalankan badan perwalian. Pada masa ini, armada dagang Belanda pertama kali tiba di Kerajaan Banten dan dipimpin oleh Cornelis de Mufakhir resmi menjalankan kekuasaan pada tahun 1596. Tahun 1638, khalifah Mekah memberikan gelar sultan pada Abu Mufakhir. Abu Mufakhir wafat pada tahun 1651. Putranya meneruskan pemerintahan Banten dengan gelar Sultan Abu Ma'ali Ahmad Rahmatullah, tetapi tidak lama kemudian dia Banten selanjutnya yakni Sultan Ageng Tirtayasa. Di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, Kerajaan Banten mencapai kejayaan. Sultan Ageng Tirtayasa berusaha keras mengusir kekuasaan armada dagang Belanda VOC dari Kerajaan Banten, namun usaha ini tahun 1671, Sultan Agung Tirtayasan mengangkat putra mahkotanya, Sultan Abdul Kahar atau Sultan Haji sebagai raja muda. Pemerintahan sehari-hari dijalankan oleh Sultan Haji, sementara Sultan Agung Tirtayasa tetap Sultan Haji cenderung bersahabat dengan VOC. Sultan Ageng Tirtayasa tidak menyetujui hubungan ini. Pada tahun 1683, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjarakan oleh Belanda Batavia dan akhirnya wafat pada budaya Kerajaan Banten tidak banyak. Namun demikian, pengaruh agama Islam dalam seni bangunan Banten dapat dilihat dari bangunan Masjid Agung Banten dan Kompleks Makam Raja-raja Banten di Kenari. nwy/pal JayaKarta sebagai Vasal kerajaan Banten di bawah pemerintahan? Pangeran sollahudin Pangeran Abdul Kohar Pangeran Wijaya Kusuma Pangeran Wijaya Krama Aria Ranamanggala Dari lima 5 pilihan jawaban diatas, jawaban yang paling tepat adalah B. Pangeran Abdul Kohar. Berdasarkan hasil vote dari kurang lebih 751 pembaca, setuju dengan jawaban B benar, dan 0 orang setuju jawaban B salah. JayaKarta sebagai Vasal kerajaan Banten di bawah pemerintahan pangeran abdul kohar. Pembahasan & Penjelasan Jawaban A. Pangeran sollahudin menurut saya kurang tepat, karena kalau dibaca dari pertanyaanya jawaban ini tidak nyambung sama sekali. Jawaban B. Pangeran Abdul Kohar Menurut Tim Mediiaindonesia, Jawaban ini paling tepat, Sebab jika dibandingan dengan pilihan jawaban yang lain, ini merupakan jawaban yang paling akurat dan sesuai dengan pertanyaannya. Jawaban C. Pangeran Wijaya Kusuma Menurut tim jawaban ini tidak tepat untuk pertanyaan tersebut, dan dari beberapa referensi yang kami baca, jawaban ini kurang tepat. Jawaban D. Pangeran Wijaya Krama menrutu tim kami, jawaban ini salah, karena jawaban ini tidak selaras dengan pertanyaan diatas. Jawaban E. Aria Ranamanggala Menurut kami, pilihan jawaban ini tidak tepat, karena dalam buku referensi dan juga hasil penelusuran dari Google, jawaban ini lebih tepat untuk pertanyaan lainnya. Kesimpulan Akhir Berdasarkan Pertanyaan serta pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan jawaban yang paling tepat dan benar adalah B. Pangeran Abdul Kohar Jika Jawaban dan pembahasan diatas masih kurang jelas atau Kamu ada pertanyaan lain seputar pendidikan, baik ditingkat SD, SMP, SMA, Jenjang Kuliah atau dalam dunia kerja, bisa ditulis dalam kolom komentar dibawah ini. Profil Penulis Seorang lulusan dari fakultas pendidikan, kini menjadi soerang pendidik dan suka menulis dan mengumpulkan berbagai macam soal dan kunci jawabanya. Update Terbaru

jayakarta sebagai vasal kerajaan banten dibawah pemerintahan